Friday, December 13, 2013

NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH

Novel yang berjudul “ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH” karya Wiwid Prasetyo ini bertemakan tentang sebuah persahabatan manusia, pendidikan, moral dan kemanusiaan.

Musim layang-layang telah tiba. Di kampung kami, jika musim layang-layang tiba, langit tiba-tiba penuh dengan hiasan warna-warni. Layang-layang yang terbuat dari kertas minyak dan ditarik dengan benang gelasan itu melayang-layang terbawa angin, di atas genting. Jika angin bertiup tak menentu layang-layang kami akan tersangkut kabel listrik. Bisa dipastikan orang dewasa akan marah jika layang-layang yang tersangkut kabel memutuskan aliran listrik. Koh A Kiong, seorang setengah tua yang bermata sipit dan berkumis tipis ini adalah orang dewasa yang selalu memarahi kami saat kami akan mengambil layang-layang yang tersangkut. Namun, ketika Koh A Kiong mengetahuinya, kita selalu lari terbirit-birit menghindari serangan dari Koh tua itu. Dan kita selalu berhasil melarikan diri darinya. Saat itu aku dan ketiga temanku bertekad akan membalas dendam pada Mat Karmin, warga di kampung kami yang licik dan sombong. Ia adalah pebisnis mainan anak-anak. Orang yang selalu menghalalkan segala cara demi mendapatkan kesenangan dirinya. Ialah orang yang menguasai dunia anak kecil. Ia yang menentukan musin permainan di kampung kami.
Namaku Faisal, siswa kelas 3 di SD Kartini. Aku mempunyai tiga sahabat yang kusebut anak alam. Ketiga sahabatku itu memiliki umur yang sama denganku, namun mereka belum merasakan bangku sekolah sama sekali.
Pada suatu hari, saat kami bermain layang-layang kami terpikirkan untuk mempunyai layang-layang yang besar dan bagus agar bisa mengalahkan Mat Karmin. Tetapi, anak alam tidak mempunyai uang untuk membeli layang-layang baru. Setelah  berpikir panjang, aku mempunyai ide untuk membuat layang-layang sendiri. Anak alam sempat pesimis karena mereka memang suka pasrah dan tidak mau mencoba. Setelah aku bujuk akhirnya mereka mau juga mengikuti saranku. Esok hari setelah pulang sekolah aku mampir ke tempat pengepul barang bekas untuk membeli kertas minyak. Tanpa sengaja ketika aku memilih-milih kertas yang masih terlihat bagus, aku menemukan buku Keterampilan untuk Anak SD. Dalam hatiku aku ingin memilikinya. Tetapi aku tidak membawa banyak uang. Terbesit dalam benakku untuk mencurinya. Kuselipkan buku itu didalam kaos oblongku. Perutku kukempiskan saat aku membayar pada abang pekerja itu agar mereka tak curiga. Dan berhasil, aku telah membawa buku itu pulang. Kemudian aku langsung menemui anak alam. Setalah semua bahan terkumpul, kami mulai membuat layang-layang. Namun, mereka mengejekku karena membacaku masih terbata-bata. Aku kesal karena mereka mengejekku. Aku mengancamnya agar mereka tetap bersemangat untuk menyelesaikan layang-layang. Dan ketika itu Pambudi mengusulkan untuk datang ke pakar layang-layang, yakni pembuat buku itu. Yak, Ki Hajar Ladunni. Kami mencatat alamatnya dan memutuskan untuk pergi kesana esok hari.
Esoknya, aku berangkat pagi sekali dengan bekal roti dan minuman. Kami naik bis menuju ke Gogik, Ungaran. Kami harus menyusuri hutan agar sampai di rumah Ki Hajar Ladunni. Kira-kira setengah jalan menuju rumah Ki Hajar Ladunni kita dihadang oleh anak gembel yang sangat menjijikkan dan aneh. Anak gembel itu menakut-nakuti kami. Aku teringat roti bekalku. Aku memberikan rotiku pada anak gembel itu agar mereka tidak menggangguku. Tetapi, anak gembel itu malah menyuruh kami untuk mengikutinya. Anak gembel itu membawa kami ke sebuah rumah. Diatas pintu rumah itu tertulis nama Ki Hajar Ladunni. Lalu aku bertanya kepada anak gembel itu apakah ini rumah Ki Hajar Ladunni dan dia menjawab tidak. Lalu mengajak kita untuk mengikutinya lagi. Karena aku tahu kalau sebenarnya kami sudah sampai di rumah Ki Hajar Ladunni, aku tidak mau mengikuti anak gembel itu lagi. Biarkan anak alam mengikutinya, anak alam tertipu karena mereka tidak sekolah jadi mereka tidak bisa membaca. Aku beralasan kalau aku capek dan memilih untuk istirahat disini saja. Kemudian mereka pergi meninggalkanku. Aku menyandarkan tubuhku diatas kursi di depan rumah. Tak lama kemudian aku melihat seorang berambut gondrong, berjenggot, berkumis tebal, matanya mencorong tajam seperti elang, tubuhnya bungkuk dan memakai pakaian serba hitam, gelang dari akar bahar melintang di pergelangan tangannya. Beliau menatapku tajam. Aku menyapanya dan bertanya apakah beliau Ki Hajar Ladunni. Dan benar dugaanku, beliau adalah Ki Hajar Ladunni. Aku bertanya bagaimana bisa membuat layang-layang yang begitu hebat. Kemudian beliau mengajariku. Ternyata membuat layang-layang itu harus simetris agar saat terbang dia tidak jatuh. Satu pelajaran untukku, ternyata orang pintar itu tak selalu identik dengan penampilan, pintar itu pusatnya di otak, jadi tak ada urusan dengan penampilan. Ternyata anak gembel itu adalah anak KI Hajar Ladunni, namanya Candil. Mengejutkan sekali ketika aku tahu bahwa anak gembel itu sudah kelas 4 SD. Padahal badannya masih kecil, seharusnya dia kelas satu. Setelah mendengar cerita dari Ki Hajar Ladunni, anak gembel itu ternyata anak yang sangat jenius. Dia selalu bertanya hal-hal yang membingungkan gurunya. Maka dari itu, dia sudah kelas 4 SD. Layang-layang kami sudah jadi. Kami mencobanya, dan memang benar sangat bagus. Kami bermain-main hingga sore kemudian kami pamit plang. Kami sangat berterima kasih pada Ki Hajar Ladunni karena telah mengajari kami. Banyak pengalaman berharga yang aku dapat hari ini. Kami pulang dengan hati yang sangat senang. Sampai di kampung kami langsung menuju rumah Mat Karmin. Kami ingin menantangnya utuk beradu layang-layang. Betapa kecewanya kami ketika tahu bahwa musim layang-layang sudah habis. Kami pulang dengan penuh rasa kecewa.
Esok harinya aku menemui anak alam. Aku mengajak mereka untuk bersekolah. Aku tahu ini sangat berat bagi mereka. Mereka berpikir bahwa sekolah itu hanya menghabiskan uang saja. Untuk makan saja susah apalagi untuk sekolah. Mau bayar pakai apa. Lebih baik bekerja membantu orang tua. Usahaku hari ini gagal. Esoknya aku bermain lagi dengan anak alam. Aku tak patah semangat untuk mengajak mereka bersekolah. Hari ini aku berpura-pura mimpi alien. Bahwa alien akan datang ke bumi untuk mengambil anak-anak bodoh, anak-anak yang tidak bersekolah. Dan mereka percaya dengan cerita palsuku itu. Hari itu juga mereka ijin ke orang tua mereka masing-masing. Memang berat bagi orang tua mereka. Namun, pada akhirnya orang tua mereka setuju dan mereka mau.
Musim pendaftaran pun tiba. Aku naik ke kelas 4 dan anak alam masuk ke kelas 1. Sangat miris melihat penampilan mereka. Seragam lusuh dari loakan, tas karung dan sandal jepit. Mereka memang tidak punya uang untuk membeli alat sekolah yang baru. Namun meskipun begitu mereka tetap semangat bersekolah. Hari pertama masuk sekolah aku mengantarkannya ke ruang Kepala Sekolah. Kepala Sekolahku menerima penjelasanku atas penampilan mereka yang seperti ini. Aku dan Kepala Sekolah mengantar anak alam ke kelas barunya dan kemudian aku kembali ke kelas baruku. Di kelas baru itu, anak alam disuruh berkenalan di depan kelas oleh Bu Mutia, guru kelas kelas I-2. Betapa terkejutnya mereka malah diejek oleh Guntur, Rena dan teman-teman yang lain. Mereka ini memang sombong sekali. Meskipun sebenarnya mereka sangat sakit hati. Namun hal itu tidak akan mematahkan semangat mereka untuk tetap bersekolah. Di kelas ini, anak alam menemui sosok yang dikaguminya. Dia adalah Kania, gadis kecil yang membelanya saat mereka diejek oleh teman-teman kelasnya yang sombong. Gadis kecil, cantik dan pemberani itu di taksir oleh Pambudi. Mereka mengira Kania merupakan anak orang berada, karena cantik, bersih dan pandai. Namun setelah di selidiki oleh Pambudi, kehidupannya sama dengan keluarganya dan juga teman-temannya. hanya karena cita-cita, semangat dan keyakinan bisa membuat dia berjalan dan terus melangah dari kerasnya kehidupan saat ini. Dan itu membuat Pambudi semakin jatuh hati kepada Kania. Karena selain sebagai wanita yang hebat, Kania juga sosok yang dikaguminya. Karena dengan berilmu, kita bisa menakklukkan rintangan kehidupan dengan ilmu.
Di kampungnya Faisal sangat kagum dengan Ustadz Muhsin, mahasiswa lulusan pesantren yang memiliki suara merdu saat mengumandangkan adzan. Ia berasal dari Kudus, pintar, baik dan sabar. Ia yang membuat Faisal termotivasi untuk bisa membaca Al-Qur’an. Betapa kecewanya dia saat tahu bahwa Ustadz Muhsin sudah pulang ke kampung halamannya. Padahal, Faisal datang ke tempatnya untuk belajar Al-Qur’an. Akhirnya ia meminta bantuan Kiai Khadis untuk mengajarinya.
Esoknya anak alam berangkat ke sekolah dengan sangat rapi. Mereka tampil rapi untuk Kania. Dan begitu seterusnya, mereka sangat kagum dengan Kania. Setelah sebulan sekolah, Pambudi memutuskan untuk menyatakan perasaannya terhadap Kania. Karena anak yang cerdas di sekolah, jadi dia mengikuti bimbingan khusus setalah pulang sekolah. Anak alam menunggu sampai siang dan akhirnya Kania keluar juga. Mereka mengikuti Kania tapi tak sedikitpun Kania peduli dengan kehadiran mereka. Dan ketika Pambudi menyatakan perasaannya Kania menolaknya mentah-mentah. Kania menolaknya karena dia tidak suka dengan orang yang bodoh. Setelah ditolkh Kania seperti itu, tidak memadamkan semangat Pambudi. Justru membuat Pambudi semakin bersemangat untuk bersekolah.
Siang itu, Pak RT mendatangi rumah Yok Bek. Beliau meminta agar Yok Bek segera memindahkan Gedong Sapinya karena banunya sangat merugikan warga Kampung Genteng. Namun, Yok Bek meminta waktu untuk mengurusi semuanya. Yok Bek sangat pasrah. Dan disaat yang kacau seperti ini, Yok Bek curiga kalau anak alam sekarang sudah bersekolah. Semakin takutlah Yok Bek. Yok Bek menyuruh kedua pembantunya, Denok dan Warti untuk menanyakan apakah dia benar bersekolah. Dan dugaannya benar. Mengetahui itu, Yok Bek memanggil ketiga orang tua anak alam yang tak lain adlaah pegawainya yang bekerja di Gedong Sapi. Yok Bek menyuruhnya agar anak alam berhenti sekolah. Yok Bek menjanjikan bahwa esok hari ia akan menyekolahkan anak alam. Betapa senangnya orang tua anak alam, mereka tidak tahu bahwa mereka dibodohi oleh Yok Bek.
Jum’at itu, ibu kost marah-marah pada Pak RT, ia menuduh bahwa Pak RT tidak tegas dalam menghadapi masalah Yok Bek. Siang itu setelah sholat Jum’at Pak RT dikagetkan dengan warga kampung yang sudah berkumpul di depan rumahnya. Pak Cokro adalah profokator dalam masalah ini. Banyak diantara mereka yang membawa poster-poster bertuliskan mengusir Yok Bek. Pak RT menenangkan warganya agar tidak main hakim sendiri. Warga setuju dan kemudian berbondong-bondong menuju rumah Yok Bek. Sampai disana, Yok Bek diamuk massa karena Yok Bek tidak mau keluar. Ditengah-tengah emosi seperti itu, Faisal muncul ditengah massa. Faisal mencoba menenangkan warga agar tidak main hakim sendiri. Namun usahanya gagal. Yang ada dia malah pingsan kena amuk warga.
Setelah sadar, Faisal dianggap gila karena kelakuannya yang semakin aneh. Ayahnya mendatangkan seorang psikiater. Awalnya Faisal tidak ingin bertemu dengan psikiater itu. Namun karena ayahnya yang memaksa, mau tak mau ia menurutinya. Hari itu, ia menceritakan keadaan yang sebenarnya. Psikiater itu tidak memberi komentar apapun. Dan dia akan datang esok hari untuk mendengarkan keluhan Faisal lagi. Hari ini, Faisal mulai merasa nyaman dengan adanya psikiater itu. Ia merasa bebannya menjadi sedikit berkurang setelah menceritakan keluhannya. Psikiater itu ternyata malah mendukung Faisal. Ia sangat bangga terhadap Faisal. Namun ketika Pak Cokro mengetahui hal ini. Ia membujuk Pak Romli, ayah Faisal agar tidak mendatangkan psikiater itu lagi. Selain biayanya yang mahal, ia tidak berpengaruh dalam kesehatan Faisal. Lebih baik diobati Pak Cokro saja. Ayah Faisal menurut saja apa kata Pak Cokro karena beliau memang masih berpikiran kolot. Mengetahui hal itu, Faisal semakin marah dan tidak ingin bertemu dengan dukun palsu itu. Dia berusaha agar bisa kabur dari rumah daripada harus bertemu Pak Cokro. Namun, tindakannya malah dianggap aneh. Akhirnya dia menurut saja apa kata ayahnya. Dia memikirkan segala cara agar dukun palsu itu tidak mengobatinya. Setelah berpikir lama, dia menemukan caranya. Malam hari itu ketika Pak Cokro datang ke rumahnya ia berpura-pura kerasukan jin Belanda. Ia menakut-nakuti Pak Cokro hingga akhirnya Pak Cokro tunduk pada jin itu. Dia berjanji tidak akan menipu warga lagi. Dia juga berjanji bahwa dia akan belajar membaca dan menulis agar tidak menjadi bodoh. Ia menjalin kerjasama dengan Faisal. Ia meminta Fisal agar mengajarinya membaca dan menulis. Faisal menyetujuinya. Dalam hatinya, Faisal tertawa. Orang bodoh itu memang makanannya orang pintar.
Esok hari ada pengumuman dari kelurahan bahwa akan ada sekolah untuk warga kampung. Semua orang boleh sekolah disana karena tidak ada batasan umur. Mendengar hal itu, Faisal berkeinginan untuk mengajar di sekolah kelurahan itu. Kemudian ia melamar menjadi guru. Setelah mengikuti tes dari pihak kelurahan, akhirnya dia diterima. Senang sekali dirinya.
Seminggu semenjak kejadian pengusiran Yok Bek, dia tidak pernah bertemu dengan anak alam lagi. Bahkan Faisal tidak tahu dimana rumahnya sekarang. Dia mencari-cari dimana keberadaaannya. Ternyata anak alam sekarang tinggal di kolong jembatan. Faisal iba melihatnya rumah yang ditinggalinya sekarang, rumah yang ditinggalinya sekarang lebih parah dari rumahnya dulu yang di Gedong Sapi. Tujuan Faisal mencari anak alam adalah untuk memotivasinya agar sekolah lagi. Setelah berusaha keras untuk membujuk, akhirnya mereka mau. Faisal pulang dengan hati yang senang karena berhasil mengajak anak alam sekolah lagi.
Besok adalah hari pertama Faisal masuk sekolah setalah seminggu sakit. Di hari itu, dia dititipi surat Pambudi. Tentunya surat itu untuk Kania. Gadis yang dikaguminya. Di sekolah Faisal memberikan surat itu kepada Kania. Dia juga menceritakan kenapa anak alam tidak sekolah selama beberapa hari ini. Mengetahui hal itu, teman-teman kelas anak alam ingin mengunjunginya. Faisal memberitahu rumahnya sepulang sekolah. Siang itu  adalah hari pertama Faisal mengajar. Dia sangat senang sekali bisa mengajar warga kampungnya. Esok hari setelah pulang sekolah dia kembali mengunjungi rumah Pambudi. Ternyata di rumah Pambudi ada teman-teman sekelasnya yang sedang berkunjung. Karena dia merasa tidak enak, dia memilih untuk pulang saja. Disela-sela itu, Pambudi dan Kania bertemu kemudian bermain di rel. Di rel kereta itu Pambudi menyatakan cintanya. Kania juga suka padanya. Namun, Kania tidak ingin pacaran. Kania tidak ingin Pambudi menjadi orang yang  bodoh.
Pak Cokro, yang dulunya sebagai dukun, kini mengubah tempat prakteknya menjadi Taman Baca untuk penduduk Kampung Genteng. Dia sekarang bertobat. Bahkan, warga yang datang berobat padanya malah dianjurkan agar bisa membaca.
Mat Karmin, warga kampung Genteng yang sombong, licik dan curang itu sekarang sudah bisa membaca. Bahkan dia menulis sebuah buku yang berisi tentang mainan anak-anak. Dibalik semua itu, ternyata Mat Karmin adalah seorang pedophilia. Dia menyodomi anak kecil yang datang ke rumahnya. Hal ini diketahui warga setelah banyak ada anak yang hilang setelah ijin berkujung ke rumah Mat Karmin. Mat Karmin dilaporkan ke pihak polisi dan dia dipenjara.
Anak alam kembali bersekolah. Di hari pertama masuk itu kedua temannya membuat ulah. Pepeng yang tak mandi gara-gara dia lupa kalau harus sekolah sehingga dia tidak mempersiapkan dirinya. Kaos kaki Yudi yang baunya busuk. Konon, kaos kaki itu adalah peninggalan kakeknya dari jaman dulu. Dia tidak mungkin mencucinya karena umurnya yang sudah tua. Dia takut setelah dicuci kaos kaki itu malah rusak. Akibat perbuatan kedua temannya itu, Anton mual-mual. Kelas menjadi kacau. Dalam keadaan ini, Karisma malah memanfaatkannya. Dia iri melihat Anton tidak ikut pelajaran gara-gara menyium bau tidak enak itu. Dia yang malas bersekolah mengusapkan daun kentut ke seluruh badannya agar dia juga tidak ikut pelajaran. Kemudian mereka bertiga disuruh mandi di kolam oleh Pak Yadi, guru olahraga SD Kartini yang sangat disiplin dengan penampilan terutama kebersihan. Karisma sangat senang. Justru Yudi dan Pepeng sangat sedih. Dalam keadaannya yang seperti ini, malah dimanfaatkan oleh Karisma. Anak yang segala kebutuhannya terpenuhi malah menyia-nyiakan. Di kelas, Karisma tidak memperhatikan Bu Mutia. Dia malah membayangkan game. Bu Mutia mengetahuinya lalu Karisma dikeluarkan dari kelas.
Sepulang sekolah, Pambudi pergi ke rumah Kania untuk meminjam buku. Mengetahui rumah Kania dia sangat kaget. Ternyata Kania adalah anak buruh cuci. Setiap pagi dia membantu ibunya mengambil cucian. Mengetahui keadaan Kania yang seperti itu saja dia bisa menjadi anak yang pintar. Seharusnya dia juga bisa seperti Kania. Dia semakin bersemangat bersekolah.
Pambudi bekerja di Bang Ujai sebagai penjual koran. Sepulang sekolah dia bekerja untuk membiayai sekolahnya. Sedangkan Yudi menjual pisang goreng di sekolahnya. Dan Pepeng membantu ayahnya menjadi kuli angkut kelapa setiap dini hari hingga waktu sekolah tiba. Mereka membagi waktu antara belajar dan bekerja. Menjelang semesteran datang, mereka belajar lebih giat. Pambudi ingin meminjam buku pada Kania. Tetapi berhubung terlalu sering, Pambudi jadi tidak enak. Dia memutuskan untuk meminjam ke Rena. Namun, ketika sampai di rumah Rena, Pambudi malah dibentak-bentak dan diusir oleh Rena. Kemudian dia memberanikan diri untuk meminjam ke rumah Bu Mutia. Setelah basa-basi dengan Bu Mutia, akhirnya Pambudi dipinjami oleh Bu Mutia. Pambudi sangat berterima kasih kemudian dia pamit pulang. Sampai di rumah dia belajar dengan giat.
Ujian semester mulai minggu depan. Untuk sementara waktu anak alam berhenti bekerja. Memang sedikit kecewa karena tidak mempunyai penghasilan lebih. Tetapi mereka harus melakukannya agar mereka naik kelas.
Ujian Semester kali ini mereka lebih bersemangat dan percaya diri karena mereka telah mempersiapkannya dengan baik. Karisma, pemalas di kelas I-2 ini malah kebingungan mengerjakan ujian. Ia tahu kalau hari ini ujian. Tetapi ia malah bermain game sampai sore dan ketika pulang ia langsung tidur. Karisma menjawab soal tersebut asal-asalan. Ia menjawabnya dengan menghitung kancing seragamnya. Dan Rena, gadis pandai setelah Kania itu ketahuan menyontek. Dia menulis jawaban diselembar tissue sebelum akhirnya Bu Mutia memergokinya. Rena menangis. Namun apa jadinya memang dia yang bersalah.
Hari pengumuman tiba, seluruh siswa SD Kartini datang ke sekolah bersama orang tua masing-masing. Kabar paling buruk adalah Rena dan Karisma tidak naik kelas. Ayah Karisma memarahi Bu Mutia karena tidak menaikkan Karisma. Ia berpikir bahwa anak yang sekolah itu pasti naik kelas. Namun akhirnya Karisma yang menerima keadaan itu menjelaskan kepada ayahnya dan ayahnya bisa terima. Sedangkan ibu Rena, dia malah menyogok Bu Mutia dengan uang agar mau menaikkan Rena. Ibu Rena melakukannya karena ia malu jika anaknya tidak naik kelas. Tetapi Bu Mutia menolaknya mentah-mentah.
Pak Romli, ayah Faisal pingsan ketika keluar dari kelas. Ayah Faisal pingsan ketika mengetahui bahwa nilai Faisal ini mendekati sempurna. Nilai rata-ratanya 9 dan 10. Anak alam juga sangat kagum kepada Faisal. Dia benar-benar jenius. Kabar yang lebih menyenangkan lagi adalah anak alam lulus. Mereka sangat bangga sekali. Ternyata mereka bisa membuktikan bahwa orang miskin itu belum tentu bodoh. Mereka yang mau bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Dan sesuai janjinya ayahnya, karena dia mendapat juara 2, maka ia disunatkan oleh ayahnya. Dia semakin bangga karena tidak akan ada lagi yang menyepelekannya karena dia belum sunat. Dengan nilai yang seperti itu, Faisal menjadi juara 2 di sekolahnya. Dan dia akan mewakili sekolahnya untuk olimpiade eksak nanti. Faisal sangat terkejut ketika dia tahu bahwa yang menjadi juara 1 adalah Kania. Anak kelas 1 SD. Dengan seperti itu, ia lebih bersemangat lagi. Anak yang masih kelas 1 saja bisa menjadi juara 1. Ia yang sudah naik kelas 5 harus bisa lebih. Ia menjadikannya motivasi untuk lebih baik lagi.
Dan itulah akhirnya menjadikan murid-murid yang sukses dan bisa mengalahkan murid yang lain. Itulah perjuangan yang amat menyiksa dan berbuah emas dan segala medali yang paling tertinggi ia dapatkan. Persahabatan dan saling dukungan menjadikan segala semua itu menjadi lebih baik dan menjadi yang terbaik.
 
sumber : http://trisall.blogspot.com/2013/01/resensi-orang-miskin-dilarang-sekolah.html

0 komentar:

Powered By Blogger