Friday, December 13, 2013

NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH

Novel yang berjudul “ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH” karya Wiwid Prasetyo ini bertemakan tentang sebuah persahabatan manusia, pendidikan, moral dan kemanusiaan.

Musim layang-layang telah tiba. Di kampung kami, jika musim layang-layang tiba, langit tiba-tiba penuh dengan hiasan warna-warni. Layang-layang yang terbuat dari kertas minyak dan ditarik dengan benang gelasan itu melayang-layang terbawa angin, di atas genting. Jika angin bertiup tak menentu layang-layang kami akan tersangkut kabel listrik. Bisa dipastikan orang dewasa akan marah jika layang-layang yang tersangkut kabel memutuskan aliran listrik. Koh A Kiong, seorang setengah tua yang bermata sipit dan berkumis tipis ini adalah orang dewasa yang selalu memarahi kami saat kami akan mengambil layang-layang yang tersangkut. Namun, ketika Koh A Kiong mengetahuinya, kita selalu lari terbirit-birit menghindari serangan dari Koh tua itu. Dan kita selalu berhasil melarikan diri darinya. Saat itu aku dan ketiga temanku bertekad akan membalas dendam pada Mat Karmin, warga di kampung kami yang licik dan sombong. Ia adalah pebisnis mainan anak-anak. Orang yang selalu menghalalkan segala cara demi mendapatkan kesenangan dirinya. Ialah orang yang menguasai dunia anak kecil. Ia yang menentukan musin permainan di kampung kami.
Namaku Faisal, siswa kelas 3 di SD Kartini. Aku mempunyai tiga sahabat yang kusebut anak alam. Ketiga sahabatku itu memiliki umur yang sama denganku, namun mereka belum merasakan bangku sekolah sama sekali.
Pada suatu hari, saat kami bermain layang-layang kami terpikirkan untuk mempunyai layang-layang yang besar dan bagus agar bisa mengalahkan Mat Karmin. Tetapi, anak alam tidak mempunyai uang untuk membeli layang-layang baru. Setelah  berpikir panjang, aku mempunyai ide untuk membuat layang-layang sendiri. Anak alam sempat pesimis karena mereka memang suka pasrah dan tidak mau mencoba. Setelah aku bujuk akhirnya mereka mau juga mengikuti saranku. Esok hari setelah pulang sekolah aku mampir ke tempat pengepul barang bekas untuk membeli kertas minyak. Tanpa sengaja ketika aku memilih-milih kertas yang masih terlihat bagus, aku menemukan buku Keterampilan untuk Anak SD. Dalam hatiku aku ingin memilikinya. Tetapi aku tidak membawa banyak uang. Terbesit dalam benakku untuk mencurinya. Kuselipkan buku itu didalam kaos oblongku. Perutku kukempiskan saat aku membayar pada abang pekerja itu agar mereka tak curiga. Dan berhasil, aku telah membawa buku itu pulang. Kemudian aku langsung menemui anak alam. Setalah semua bahan terkumpul, kami mulai membuat layang-layang. Namun, mereka mengejekku karena membacaku masih terbata-bata. Aku kesal karena mereka mengejekku. Aku mengancamnya agar mereka tetap bersemangat untuk menyelesaikan layang-layang. Dan ketika itu Pambudi mengusulkan untuk datang ke pakar layang-layang, yakni pembuat buku itu. Yak, Ki Hajar Ladunni. Kami mencatat alamatnya dan memutuskan untuk pergi kesana esok hari.
Esoknya, aku berangkat pagi sekali dengan bekal roti dan minuman. Kami naik bis menuju ke Gogik, Ungaran. Kami harus menyusuri hutan agar sampai di rumah Ki Hajar Ladunni. Kira-kira setengah jalan menuju rumah Ki Hajar Ladunni kita dihadang oleh anak gembel yang sangat menjijikkan dan aneh. Anak gembel itu menakut-nakuti kami. Aku teringat roti bekalku. Aku memberikan rotiku pada anak gembel itu agar mereka tidak menggangguku. Tetapi, anak gembel itu malah menyuruh kami untuk mengikutinya. Anak gembel itu membawa kami ke sebuah rumah. Diatas pintu rumah itu tertulis nama Ki Hajar Ladunni. Lalu aku bertanya kepada anak gembel itu apakah ini rumah Ki Hajar Ladunni dan dia menjawab tidak. Lalu mengajak kita untuk mengikutinya lagi. Karena aku tahu kalau sebenarnya kami sudah sampai di rumah Ki Hajar Ladunni, aku tidak mau mengikuti anak gembel itu lagi. Biarkan anak alam mengikutinya, anak alam tertipu karena mereka tidak sekolah jadi mereka tidak bisa membaca. Aku beralasan kalau aku capek dan memilih untuk istirahat disini saja. Kemudian mereka pergi meninggalkanku. Aku menyandarkan tubuhku diatas kursi di depan rumah. Tak lama kemudian aku melihat seorang berambut gondrong, berjenggot, berkumis tebal, matanya mencorong tajam seperti elang, tubuhnya bungkuk dan memakai pakaian serba hitam, gelang dari akar bahar melintang di pergelangan tangannya. Beliau menatapku tajam. Aku menyapanya dan bertanya apakah beliau Ki Hajar Ladunni. Dan benar dugaanku, beliau adalah Ki Hajar Ladunni. Aku bertanya bagaimana bisa membuat layang-layang yang begitu hebat. Kemudian beliau mengajariku. Ternyata membuat layang-layang itu harus simetris agar saat terbang dia tidak jatuh. Satu pelajaran untukku, ternyata orang pintar itu tak selalu identik dengan penampilan, pintar itu pusatnya di otak, jadi tak ada urusan dengan penampilan. Ternyata anak gembel itu adalah anak KI Hajar Ladunni, namanya Candil. Mengejutkan sekali ketika aku tahu bahwa anak gembel itu sudah kelas 4 SD. Padahal badannya masih kecil, seharusnya dia kelas satu. Setelah mendengar cerita dari Ki Hajar Ladunni, anak gembel itu ternyata anak yang sangat jenius. Dia selalu bertanya hal-hal yang membingungkan gurunya. Maka dari itu, dia sudah kelas 4 SD. Layang-layang kami sudah jadi. Kami mencobanya, dan memang benar sangat bagus. Kami bermain-main hingga sore kemudian kami pamit plang. Kami sangat berterima kasih pada Ki Hajar Ladunni karena telah mengajari kami. Banyak pengalaman berharga yang aku dapat hari ini. Kami pulang dengan hati yang sangat senang. Sampai di kampung kami langsung menuju rumah Mat Karmin. Kami ingin menantangnya utuk beradu layang-layang. Betapa kecewanya kami ketika tahu bahwa musim layang-layang sudah habis. Kami pulang dengan penuh rasa kecewa.
Esok harinya aku menemui anak alam. Aku mengajak mereka untuk bersekolah. Aku tahu ini sangat berat bagi mereka. Mereka berpikir bahwa sekolah itu hanya menghabiskan uang saja. Untuk makan saja susah apalagi untuk sekolah. Mau bayar pakai apa. Lebih baik bekerja membantu orang tua. Usahaku hari ini gagal. Esoknya aku bermain lagi dengan anak alam. Aku tak patah semangat untuk mengajak mereka bersekolah. Hari ini aku berpura-pura mimpi alien. Bahwa alien akan datang ke bumi untuk mengambil anak-anak bodoh, anak-anak yang tidak bersekolah. Dan mereka percaya dengan cerita palsuku itu. Hari itu juga mereka ijin ke orang tua mereka masing-masing. Memang berat bagi orang tua mereka. Namun, pada akhirnya orang tua mereka setuju dan mereka mau.
Musim pendaftaran pun tiba. Aku naik ke kelas 4 dan anak alam masuk ke kelas 1. Sangat miris melihat penampilan mereka. Seragam lusuh dari loakan, tas karung dan sandal jepit. Mereka memang tidak punya uang untuk membeli alat sekolah yang baru. Namun meskipun begitu mereka tetap semangat bersekolah. Hari pertama masuk sekolah aku mengantarkannya ke ruang Kepala Sekolah. Kepala Sekolahku menerima penjelasanku atas penampilan mereka yang seperti ini. Aku dan Kepala Sekolah mengantar anak alam ke kelas barunya dan kemudian aku kembali ke kelas baruku. Di kelas baru itu, anak alam disuruh berkenalan di depan kelas oleh Bu Mutia, guru kelas kelas I-2. Betapa terkejutnya mereka malah diejek oleh Guntur, Rena dan teman-teman yang lain. Mereka ini memang sombong sekali. Meskipun sebenarnya mereka sangat sakit hati. Namun hal itu tidak akan mematahkan semangat mereka untuk tetap bersekolah. Di kelas ini, anak alam menemui sosok yang dikaguminya. Dia adalah Kania, gadis kecil yang membelanya saat mereka diejek oleh teman-teman kelasnya yang sombong. Gadis kecil, cantik dan pemberani itu di taksir oleh Pambudi. Mereka mengira Kania merupakan anak orang berada, karena cantik, bersih dan pandai. Namun setelah di selidiki oleh Pambudi, kehidupannya sama dengan keluarganya dan juga teman-temannya. hanya karena cita-cita, semangat dan keyakinan bisa membuat dia berjalan dan terus melangah dari kerasnya kehidupan saat ini. Dan itu membuat Pambudi semakin jatuh hati kepada Kania. Karena selain sebagai wanita yang hebat, Kania juga sosok yang dikaguminya. Karena dengan berilmu, kita bisa menakklukkan rintangan kehidupan dengan ilmu.
Di kampungnya Faisal sangat kagum dengan Ustadz Muhsin, mahasiswa lulusan pesantren yang memiliki suara merdu saat mengumandangkan adzan. Ia berasal dari Kudus, pintar, baik dan sabar. Ia yang membuat Faisal termotivasi untuk bisa membaca Al-Qur’an. Betapa kecewanya dia saat tahu bahwa Ustadz Muhsin sudah pulang ke kampung halamannya. Padahal, Faisal datang ke tempatnya untuk belajar Al-Qur’an. Akhirnya ia meminta bantuan Kiai Khadis untuk mengajarinya.
Esoknya anak alam berangkat ke sekolah dengan sangat rapi. Mereka tampil rapi untuk Kania. Dan begitu seterusnya, mereka sangat kagum dengan Kania. Setelah sebulan sekolah, Pambudi memutuskan untuk menyatakan perasaannya terhadap Kania. Karena anak yang cerdas di sekolah, jadi dia mengikuti bimbingan khusus setalah pulang sekolah. Anak alam menunggu sampai siang dan akhirnya Kania keluar juga. Mereka mengikuti Kania tapi tak sedikitpun Kania peduli dengan kehadiran mereka. Dan ketika Pambudi menyatakan perasaannya Kania menolaknya mentah-mentah. Kania menolaknya karena dia tidak suka dengan orang yang bodoh. Setelah ditolkh Kania seperti itu, tidak memadamkan semangat Pambudi. Justru membuat Pambudi semakin bersemangat untuk bersekolah.
Siang itu, Pak RT mendatangi rumah Yok Bek. Beliau meminta agar Yok Bek segera memindahkan Gedong Sapinya karena banunya sangat merugikan warga Kampung Genteng. Namun, Yok Bek meminta waktu untuk mengurusi semuanya. Yok Bek sangat pasrah. Dan disaat yang kacau seperti ini, Yok Bek curiga kalau anak alam sekarang sudah bersekolah. Semakin takutlah Yok Bek. Yok Bek menyuruh kedua pembantunya, Denok dan Warti untuk menanyakan apakah dia benar bersekolah. Dan dugaannya benar. Mengetahui itu, Yok Bek memanggil ketiga orang tua anak alam yang tak lain adlaah pegawainya yang bekerja di Gedong Sapi. Yok Bek menyuruhnya agar anak alam berhenti sekolah. Yok Bek menjanjikan bahwa esok hari ia akan menyekolahkan anak alam. Betapa senangnya orang tua anak alam, mereka tidak tahu bahwa mereka dibodohi oleh Yok Bek.
Jum’at itu, ibu kost marah-marah pada Pak RT, ia menuduh bahwa Pak RT tidak tegas dalam menghadapi masalah Yok Bek. Siang itu setelah sholat Jum’at Pak RT dikagetkan dengan warga kampung yang sudah berkumpul di depan rumahnya. Pak Cokro adalah profokator dalam masalah ini. Banyak diantara mereka yang membawa poster-poster bertuliskan mengusir Yok Bek. Pak RT menenangkan warganya agar tidak main hakim sendiri. Warga setuju dan kemudian berbondong-bondong menuju rumah Yok Bek. Sampai disana, Yok Bek diamuk massa karena Yok Bek tidak mau keluar. Ditengah-tengah emosi seperti itu, Faisal muncul ditengah massa. Faisal mencoba menenangkan warga agar tidak main hakim sendiri. Namun usahanya gagal. Yang ada dia malah pingsan kena amuk warga.
Setelah sadar, Faisal dianggap gila karena kelakuannya yang semakin aneh. Ayahnya mendatangkan seorang psikiater. Awalnya Faisal tidak ingin bertemu dengan psikiater itu. Namun karena ayahnya yang memaksa, mau tak mau ia menurutinya. Hari itu, ia menceritakan keadaan yang sebenarnya. Psikiater itu tidak memberi komentar apapun. Dan dia akan datang esok hari untuk mendengarkan keluhan Faisal lagi. Hari ini, Faisal mulai merasa nyaman dengan adanya psikiater itu. Ia merasa bebannya menjadi sedikit berkurang setelah menceritakan keluhannya. Psikiater itu ternyata malah mendukung Faisal. Ia sangat bangga terhadap Faisal. Namun ketika Pak Cokro mengetahui hal ini. Ia membujuk Pak Romli, ayah Faisal agar tidak mendatangkan psikiater itu lagi. Selain biayanya yang mahal, ia tidak berpengaruh dalam kesehatan Faisal. Lebih baik diobati Pak Cokro saja. Ayah Faisal menurut saja apa kata Pak Cokro karena beliau memang masih berpikiran kolot. Mengetahui hal itu, Faisal semakin marah dan tidak ingin bertemu dengan dukun palsu itu. Dia berusaha agar bisa kabur dari rumah daripada harus bertemu Pak Cokro. Namun, tindakannya malah dianggap aneh. Akhirnya dia menurut saja apa kata ayahnya. Dia memikirkan segala cara agar dukun palsu itu tidak mengobatinya. Setelah berpikir lama, dia menemukan caranya. Malam hari itu ketika Pak Cokro datang ke rumahnya ia berpura-pura kerasukan jin Belanda. Ia menakut-nakuti Pak Cokro hingga akhirnya Pak Cokro tunduk pada jin itu. Dia berjanji tidak akan menipu warga lagi. Dia juga berjanji bahwa dia akan belajar membaca dan menulis agar tidak menjadi bodoh. Ia menjalin kerjasama dengan Faisal. Ia meminta Fisal agar mengajarinya membaca dan menulis. Faisal menyetujuinya. Dalam hatinya, Faisal tertawa. Orang bodoh itu memang makanannya orang pintar.
Esok hari ada pengumuman dari kelurahan bahwa akan ada sekolah untuk warga kampung. Semua orang boleh sekolah disana karena tidak ada batasan umur. Mendengar hal itu, Faisal berkeinginan untuk mengajar di sekolah kelurahan itu. Kemudian ia melamar menjadi guru. Setelah mengikuti tes dari pihak kelurahan, akhirnya dia diterima. Senang sekali dirinya.
Seminggu semenjak kejadian pengusiran Yok Bek, dia tidak pernah bertemu dengan anak alam lagi. Bahkan Faisal tidak tahu dimana rumahnya sekarang. Dia mencari-cari dimana keberadaaannya. Ternyata anak alam sekarang tinggal di kolong jembatan. Faisal iba melihatnya rumah yang ditinggalinya sekarang, rumah yang ditinggalinya sekarang lebih parah dari rumahnya dulu yang di Gedong Sapi. Tujuan Faisal mencari anak alam adalah untuk memotivasinya agar sekolah lagi. Setelah berusaha keras untuk membujuk, akhirnya mereka mau. Faisal pulang dengan hati yang senang karena berhasil mengajak anak alam sekolah lagi.
Besok adalah hari pertama Faisal masuk sekolah setalah seminggu sakit. Di hari itu, dia dititipi surat Pambudi. Tentunya surat itu untuk Kania. Gadis yang dikaguminya. Di sekolah Faisal memberikan surat itu kepada Kania. Dia juga menceritakan kenapa anak alam tidak sekolah selama beberapa hari ini. Mengetahui hal itu, teman-teman kelas anak alam ingin mengunjunginya. Faisal memberitahu rumahnya sepulang sekolah. Siang itu  adalah hari pertama Faisal mengajar. Dia sangat senang sekali bisa mengajar warga kampungnya. Esok hari setelah pulang sekolah dia kembali mengunjungi rumah Pambudi. Ternyata di rumah Pambudi ada teman-teman sekelasnya yang sedang berkunjung. Karena dia merasa tidak enak, dia memilih untuk pulang saja. Disela-sela itu, Pambudi dan Kania bertemu kemudian bermain di rel. Di rel kereta itu Pambudi menyatakan cintanya. Kania juga suka padanya. Namun, Kania tidak ingin pacaran. Kania tidak ingin Pambudi menjadi orang yang  bodoh.
Pak Cokro, yang dulunya sebagai dukun, kini mengubah tempat prakteknya menjadi Taman Baca untuk penduduk Kampung Genteng. Dia sekarang bertobat. Bahkan, warga yang datang berobat padanya malah dianjurkan agar bisa membaca.
Mat Karmin, warga kampung Genteng yang sombong, licik dan curang itu sekarang sudah bisa membaca. Bahkan dia menulis sebuah buku yang berisi tentang mainan anak-anak. Dibalik semua itu, ternyata Mat Karmin adalah seorang pedophilia. Dia menyodomi anak kecil yang datang ke rumahnya. Hal ini diketahui warga setelah banyak ada anak yang hilang setelah ijin berkujung ke rumah Mat Karmin. Mat Karmin dilaporkan ke pihak polisi dan dia dipenjara.
Anak alam kembali bersekolah. Di hari pertama masuk itu kedua temannya membuat ulah. Pepeng yang tak mandi gara-gara dia lupa kalau harus sekolah sehingga dia tidak mempersiapkan dirinya. Kaos kaki Yudi yang baunya busuk. Konon, kaos kaki itu adalah peninggalan kakeknya dari jaman dulu. Dia tidak mungkin mencucinya karena umurnya yang sudah tua. Dia takut setelah dicuci kaos kaki itu malah rusak. Akibat perbuatan kedua temannya itu, Anton mual-mual. Kelas menjadi kacau. Dalam keadaan ini, Karisma malah memanfaatkannya. Dia iri melihat Anton tidak ikut pelajaran gara-gara menyium bau tidak enak itu. Dia yang malas bersekolah mengusapkan daun kentut ke seluruh badannya agar dia juga tidak ikut pelajaran. Kemudian mereka bertiga disuruh mandi di kolam oleh Pak Yadi, guru olahraga SD Kartini yang sangat disiplin dengan penampilan terutama kebersihan. Karisma sangat senang. Justru Yudi dan Pepeng sangat sedih. Dalam keadaannya yang seperti ini, malah dimanfaatkan oleh Karisma. Anak yang segala kebutuhannya terpenuhi malah menyia-nyiakan. Di kelas, Karisma tidak memperhatikan Bu Mutia. Dia malah membayangkan game. Bu Mutia mengetahuinya lalu Karisma dikeluarkan dari kelas.
Sepulang sekolah, Pambudi pergi ke rumah Kania untuk meminjam buku. Mengetahui rumah Kania dia sangat kaget. Ternyata Kania adalah anak buruh cuci. Setiap pagi dia membantu ibunya mengambil cucian. Mengetahui keadaan Kania yang seperti itu saja dia bisa menjadi anak yang pintar. Seharusnya dia juga bisa seperti Kania. Dia semakin bersemangat bersekolah.
Pambudi bekerja di Bang Ujai sebagai penjual koran. Sepulang sekolah dia bekerja untuk membiayai sekolahnya. Sedangkan Yudi menjual pisang goreng di sekolahnya. Dan Pepeng membantu ayahnya menjadi kuli angkut kelapa setiap dini hari hingga waktu sekolah tiba. Mereka membagi waktu antara belajar dan bekerja. Menjelang semesteran datang, mereka belajar lebih giat. Pambudi ingin meminjam buku pada Kania. Tetapi berhubung terlalu sering, Pambudi jadi tidak enak. Dia memutuskan untuk meminjam ke Rena. Namun, ketika sampai di rumah Rena, Pambudi malah dibentak-bentak dan diusir oleh Rena. Kemudian dia memberanikan diri untuk meminjam ke rumah Bu Mutia. Setelah basa-basi dengan Bu Mutia, akhirnya Pambudi dipinjami oleh Bu Mutia. Pambudi sangat berterima kasih kemudian dia pamit pulang. Sampai di rumah dia belajar dengan giat.
Ujian semester mulai minggu depan. Untuk sementara waktu anak alam berhenti bekerja. Memang sedikit kecewa karena tidak mempunyai penghasilan lebih. Tetapi mereka harus melakukannya agar mereka naik kelas.
Ujian Semester kali ini mereka lebih bersemangat dan percaya diri karena mereka telah mempersiapkannya dengan baik. Karisma, pemalas di kelas I-2 ini malah kebingungan mengerjakan ujian. Ia tahu kalau hari ini ujian. Tetapi ia malah bermain game sampai sore dan ketika pulang ia langsung tidur. Karisma menjawab soal tersebut asal-asalan. Ia menjawabnya dengan menghitung kancing seragamnya. Dan Rena, gadis pandai setelah Kania itu ketahuan menyontek. Dia menulis jawaban diselembar tissue sebelum akhirnya Bu Mutia memergokinya. Rena menangis. Namun apa jadinya memang dia yang bersalah.
Hari pengumuman tiba, seluruh siswa SD Kartini datang ke sekolah bersama orang tua masing-masing. Kabar paling buruk adalah Rena dan Karisma tidak naik kelas. Ayah Karisma memarahi Bu Mutia karena tidak menaikkan Karisma. Ia berpikir bahwa anak yang sekolah itu pasti naik kelas. Namun akhirnya Karisma yang menerima keadaan itu menjelaskan kepada ayahnya dan ayahnya bisa terima. Sedangkan ibu Rena, dia malah menyogok Bu Mutia dengan uang agar mau menaikkan Rena. Ibu Rena melakukannya karena ia malu jika anaknya tidak naik kelas. Tetapi Bu Mutia menolaknya mentah-mentah.
Pak Romli, ayah Faisal pingsan ketika keluar dari kelas. Ayah Faisal pingsan ketika mengetahui bahwa nilai Faisal ini mendekati sempurna. Nilai rata-ratanya 9 dan 10. Anak alam juga sangat kagum kepada Faisal. Dia benar-benar jenius. Kabar yang lebih menyenangkan lagi adalah anak alam lulus. Mereka sangat bangga sekali. Ternyata mereka bisa membuktikan bahwa orang miskin itu belum tentu bodoh. Mereka yang mau bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Dan sesuai janjinya ayahnya, karena dia mendapat juara 2, maka ia disunatkan oleh ayahnya. Dia semakin bangga karena tidak akan ada lagi yang menyepelekannya karena dia belum sunat. Dengan nilai yang seperti itu, Faisal menjadi juara 2 di sekolahnya. Dan dia akan mewakili sekolahnya untuk olimpiade eksak nanti. Faisal sangat terkejut ketika dia tahu bahwa yang menjadi juara 1 adalah Kania. Anak kelas 1 SD. Dengan seperti itu, ia lebih bersemangat lagi. Anak yang masih kelas 1 saja bisa menjadi juara 1. Ia yang sudah naik kelas 5 harus bisa lebih. Ia menjadikannya motivasi untuk lebih baik lagi.
Dan itulah akhirnya menjadikan murid-murid yang sukses dan bisa mengalahkan murid yang lain. Itulah perjuangan yang amat menyiksa dan berbuah emas dan segala medali yang paling tertinggi ia dapatkan. Persahabatan dan saling dukungan menjadikan segala semua itu menjadi lebih baik dan menjadi yang terbaik.
 
sumber : http://trisall.blogspot.com/2013/01/resensi-orang-miskin-dilarang-sekolah.html

Thursday, May 2, 2013

3 WARNA CINTA DALAM HIDUP KITA


3 WARNA CINTA DALAM HIDUP KITA




Saudaraku…
Syekh Mustafa Siba’i rahimahullah menyebutkan bahwa cinta memiliki 3 warna:
Cinta Ilahi, cinta insani dan cinta hewani.
Cinta Ilahi, lahir dari ketundukan seorang hamba kepada Zat yang dicintainya dan buah dari rasa syukur terhadap anugerah-Nya.
Cinta Insani, merupakan buah dari kesetiaan seseorang terhadap saudara yang dicintainya dan penghargaan terhadapnya.
Cinta hewani, cinta yang memperdayakan pemiliknya dan melahirkan malapetaka bagi yang dicintainya.
(hakadza ‘allamatnil hayat).
Saudaraku..
Tak terbayangkan, jika hidup kita tanpa cinta. Tentu kehidupan kita menjadi gelap tanpa pelita. Langit-langit hati kita menjadi mendung dan berawan, yang tak pernah menghadirkan hujan dalam kehidupan. Bumi jiwa kita kering kerontang, tanpa pernah diguyur air kehidupan.
Hidup terasa hampa, monoton tak berwarna. Alur perjalanan hidup bagaikan tanpa arah dan tujuan. Tiada motivasi untuk mengukir prestasi. Tiada gairah untuk meneruskan langkah perjalanan hidup. Keceriaan sirna. Kebahagiaan hidup lenyap. Kelelahan jiwa bertumpuk. Penderitaan hati menggumpal. Luka-luka di tubuh terasa menganga dan perih tak terkira. Seulas senyum, kaku untuk dihadirkan. Dan hidup seolah-olah bernafas dalam lumpur. Menatap dalam debu.
Saudaraku…
Karena cinta, kita terinspirasi untuk berbuat yang terbaik. Bertahan dalam kesulitan. Sabar dalam menghadapi ujian. Tsabat dalam perjuangan. Ikhlas dalam membantu. Tulus dalam memberi. Senang dalam berbagi. Terpacu untuk berprestasi.
Apalah arti baju jabatan yang kita kenakan. Permaisuri cantik jelita yang menemani hidup kita. Harta kekayaan yang bertaburan. Emas permata, intan dan mutiara yang memenuhi ruangan. Kebun karet dan sawit yang terbentang luas. Popularitas yang terus meroket. Kedudukan dan tempat yang luas di hati masyarakat dan yang senada dengan itu. Jika hati kita sepi dari cinta. Jika jiwa kita kering dari kasih sayang.
Saudaraku…
Cinta Ilahi adalah cinta seorang mukmin terhadap Rabb-nya.
Cinta Ilahi, hendaknya melebihi cinta kita kepada anak-anak permata hati kita, permaisuri hati kita, orang tua kita, karib kerabat kita, orang-orang dekat kita dan seluruh manusia. Juga melebihi cinta kita terhadap harta benda, simpanan berharga, sawah ladang, dan barang-barang berharga lainnya milik kita.
Cinta Ilahi tumbuh saat kita tunduk, patuh, pasrah, merasa lemah di hadapan-Nya. Dan berbuah saat kita mengenang anugerah, nikmat dan karunia-Nya yang tak terhitung yang telah dikucurkan kepada kita.
Nikmat hidup, kebebasan dalam beribadah, keindahan pekerti, sehat, kran-kran rezki yang terbuka. Pasangan hidup dan anak keturunan yang manis dan lucu. Kemudahan memperdalam ilmu pengetahuan, dibentangkan-Nya ladang amal shalih dan sawah tempat menanam benih amal ketaatan.
Anugerah usia hingga saat ini. Dicintai banyak sahabat dan saudara di jalan-Nya. Sabar dalam menjalani hidup. Qana’ah dalam menerima garis takdir-Nya. Dijauhkan dari hutang dan tanggungan kepada orang lain. Dan yang senada dengan itu.
Jika kita mencoba untuk menghitung karunia, nikmat dan pemberian-Nya kepada kita. Niscaya kita tak akan sanggup menghitungnya. Walaupun sekarang sudah tersedia alat hitung yang super canggih. “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari nikmat-Nya.” S. Ibrahim: 34.
Dengan mengenang berbagai nikmat dan karunia pemberian-Nya dan kita mampu berterima kasih kepada-Nya dengan hati, ucapan dan perilaku kita. Akan melahirkan rasa tunduk dan pasrah pada hukum-hukum-Nya. Memelihara dan menjaga rambu-rambu-Nya. Mengabdi dan beribadah kepada-Nya dengan rasa cinta dan pengagungan.
Kita mengabdi kepada-Nya untuk mengharap wajah-Nya, bukan wajah selain-Nya. Mendamba pujian-Nya dan bukan pujian makhluk-Nya. Mengharap balasan-Nya dan bukan balasan dari hamba-Nya yang lemah.
Generasi terbaik umat ini, para sahabat dan generasi sesudahnya telah membuktikan cinta mereka kepada Allah Swt. Jiwa, raga, harta, waktu dan segala apa yang mereka punya telah dikorbankan demi mengecap cinta Ilahi. Demi meraih cinta sejati. Demi menggapai kebahagiaan abadi. Di akherat nanti.
Saudaraku..
Cinta Insani adalah cinta seseorang terhadap saudara dan sahabatnya. Atau dengan ungkapan yang familiar di telinga kita; persaudaraan Islam, persahabatan Iman.
Suatu ikatan persaudaraan yang didasari cinta karena Allah. Dibangun di atas pondasi ketaatan pada Ilahi.
Persaudaraan yang tumbuh karena akidah yang satu. Bukan tercipta karena kepentingan dan kebutuhan sesaat seperti koalisinya partai politik, walau tidak semua demikian. Bukan pula terjalin karena melihat penampilan fisik, seperti ketampanan dan paras yang menarik. Bukan pula harta benda yang menjadi pijakannya. Atau manfaat dan nikmat duniawi lainnya.
Ukhuwah imaniyah adalah cinta yang tak mengenal musim. Panas, dingin, hujan, kemarau, berawan, berdebu, petir dan seterusnya. Ia akan langgeng dan abadi.
Ia akan setia dalam keadaan yang bagaimanapun jua. Sehat atau sakit. Suka maupun duka. Kaya atau miskin. Bahagia maupun merana. Lapang ataupun sempit. Mudah ataupun sulit. Dan yang senada dengan itu.
Dan ukhuwah imaniyah, yang didasari cinta karena Allah inilah yang pernah dipraktekkan oleh para sahabat dan generasi terbaik setelahnya dan ditulis oleh sejarah dengan tinta emas. Yang sulit kita temukan di zaman kini.
Di mana kita bersahabat dan bersaudara pada saat orang yang kita cintai dalam keadaan kaya, berparas menawan, senang, bahagia, berkedudukan, lapang, bergelimang nikmat, sehat dan yang seirama dengan itu.
Namun pada saat sahabat dan saudara kita dalam kesulitan, pailit, sakit, merana, dililit hutang, akrab dengan penderitaan dan seterusnya. Kita pun menghindar dan menghilang dari kehidupan mereka. Jika demikian bagaimana mungkin indahnya cinta dan persaudaraan iman dapat kita kecap dalam kehidupan kita?.
Saudaraku..
Cinta hewani adalah cinta yang dilandasi nafsu birahi. Yang dapat menyeret pemiliknya pada hubungan seksual terlarang.
Hasrat memenuhi tuntutan kebutuhan biologis merupakan fitrah yang Allah Swt tancapkan dalam diri kita. Dan bahkan ketika kita salurkan pada jalur yang benar dan sesuai dengan koridor syar’i melalui jalur pernikahan, maka hubungan seksual itu menjadi suci, penuh berkah dan ibadah yang bergelimang pahala.
Namun ketika hasrat birahi, tak diarahkan sesuai dengan aturan agama, maka ia menjadi bencana dan malapetaka bagi kita, keluarga, orang tua, masyarakat dan bahkan Negara. Menghitamkan wajah orang tua, mencoreng nama baik keluarga, menjadi aib di masyarakat dan menjadi kenistaan bagi sebuah Negara.
Hubungan seks terlarang, selingkuh, teman tapi mesra, kumpul kebo dan yang senada dengan itu, menghiasi media massa dan elektronik. Lagi-lagi atas nama cinta. Walaupun lebih tepat, bila kita katakan sebagai cinta hewani yang kotor dan tak bermartabat.
Ketika nafsu telah kita nobatkan sebagai raja, maka kemudahan, fasilitas, dan keluasan yang diberikan-Nya, bukan kita pergunakan untuk meraih cinta-Nya dan cinta sahabat di jalan Allah Swt. Tapi, justru kita pergunakan untuk memuluskan hasrat cinta hewani yang hina.
Maka kita tidak heran, jika jabatan, kedudukan, kekayaan dan kelapangan sering membuat orang lupa diri. Dan terjebak pada hubungan cinta terlarang. Cinta hewani. Yang akan membawa pada kesengsaraan abadi. Di akherat nanti.
Saudaraku..
Mari kita ciptakan keindahan hidup, dengan meraih cinta Ilahi, cinta sahabat sejati dan cinta fitrah insani yang suci. Wallahu a’lam bishawab.


Renungan Kehidupan


Tidaklah mudah menjalani hidup tanpa bekal yang banyak. Takkan terbangun rumah tanpa didasari dengan fondasi yang kokoh. Dan takkan bahagia ketika kita tidak ingin merasakan kesedihan. Karena takkan pernah ada manusia yang akan selalu suci. Segala sesuatu di dunia ini memiliki pasangan masing-masing, surga dan neraka, malam dan siang, langit dan bumi, bahagia dan sedih, pria dan wanita, kasih dan dengki. Hanya saja bagaimana kita menghiasi diri kita untuk menjadi seseorang yang dapat menutupi kekurangan kita dengan segala kelebihan yang kita miliki. Segala hal positif yang kita lakukan di dunia ini mungkin akan membawa kita ke dalam kebahagiaan, begitu pula dengan hal negatif yang kita lakukan mungkin akan membawa kita ke dalam kebahagiaan yang menyesatkan.Hidup penuh dengan berjuta warna yang begitu indah. Warna itulah yang akan menghiasi hidup kita dengan segala realita yang terjadi. Tak selamanya yang kita inginkan bahagia akan tetap bahagia, dan tidak selamanya yang kita anggap buruk akan selalu buruk. Sesuatu yang kita anggap baik mungkin akan membuat kita terpuruk karena terlena olehnya. Dan sesuatu yang kita anggap buruk mungkin akan membuat kita lebih dewasa. Bukanlah seorang hamba Allah yang berputus asa dalam menjalani kehidupan karena mendapatkan kesedihan. Bukanlah hamba Allah yang tidak mensyukuri kebahagiaan yang diberikan-Nya. Tetapi, tidaklah hanya di saat bahagia kita harus bersyukur, dan tidak pula berputus asa di saat sedih. Berputus asalah saat kau mendapatkan kebahagiaan karena kau tidak akan menemukan segala rintangan yang dapat mendewasakan dan membuatmu lebih bijaksana dalam kehidupanmu. Bersyukurlah saat kau mendapatkan kesedihan karena Allah menginginkanmu menjadi lebih dewasa dan bijaksana dalam kehidupanmu.
Masih banyak lagi hal yang dapat menghiasi kehidupan kita. Dan di antara pasangan-pasangan yang diciptakan Allah di muka bumi ini terdapat kasih dan sayang yang dapat memberikan rasa keharmonisan bagi seluruh ciptaan-Nya. Rasa yang dapat menyatukan dua hati yang berbeda, sifat yang berbeda, dan karakter yang berbeda. Rasa yang akan lebih melekatkan sesuatu yang memiliki sifat, karakter dan hati yang sama.  Karena perbedaan merupakan sebuah anugerah terindah yang akan menghiasi kehidupan kita. Tetapi di saat manusia terlena dengan rasa itu, mereka akan merasakan kebahagiaan yang dapat menyesatkan mereka, kecuali jika didasari dengan iman dan takwa kepada sangKholiq. Lalu di dalam kehidupan ini terdapat rasa benci dan dengki, yang akan menghancurkan segalanya. Siapa pun dia, apa pun dia, dan bagaimana pun dia. Rasa yang akan menimbulkan permusuhan yang begitu dahsyat dalam kehidupan, bahkan nyawa pun menjadi taruhannya.
Aku bukanlah siapa-siapa, aku bukanlah apa-apa, tetapi aku adalah hamba Allah yang ingin menjadi dan memberikan yang terbaik untuk hidupku dan orang di sekitarku. Bukanlah aku manusia yang benar apalagi suci, hanya saja aku bersyukur kepada sang Kholiq yang tidak memberikan azab-Nya kepadaku langsung saat aku berbuat salah. Aku bersyukur Allah masih memberikanku kesempatan untuk berbuat baik, meskipun aku masih suka berbuat jahat. Tetapi, sudah menjadi takdir manusia bahwa iman seseorang tidak akan pernah menjadi stabil, terkadang menurun dan terkadang meningkat. Aku hanya ingin selalu mengingatkan diriku dan orang lain di sekitarku. Dan ingatkanlah aku saat aku melakukan kekhilafan.
Segala kesempurnaan, keindahan, kebahagiaan, kebaikan dan sesuatu yang positif hanyalah milik Allah Yang Maha Esa. Raja semesta alam, pemilik panggung sandiwara terbesar dan sutradara kehidupan yang Ahad. Semoga aku, kamu, kalian, kami dan kita semua selalu ada dalam keridhoan-Nya serta kasih sayang-Nya.

Menyadarkan diri sehingga kita ingin bertaubat


Penerbit Pustaka Amani (Jakarta)
Tanggal Penerbitan: Rembang, 1 Juni 1989
Karangan Imam Al-Ghazali
Kemalasan seseorang dalam melakukan taubat dipengaruhi oleh keadaan hatinya. Yakni hati orang yang bersangkutan tersebut berada dalam keadaan beku (keras), mati, atau buta. Hal tersebut merupakan indikator tingkat keparahan keadaan hati seseorang, karena dosanya yang banyak. Namun demikian, masih bisa diusahakan untuk perbaikan keadaan hati tersebut asalkan, ia mau memperbaikinya. Yakni, dengan cara membuang sifat “keras kepala”nya.
Bagaimana membuang sifat keras kepala (keras hati) yang dimiliki oleh seseorang?
Ada seorang wanita mengeluh kepada Aisyah tentang kesat dan kasarnya hatinya, lalu Aisyah berkata,
“Hendaklah engkau banyak mengingat mati, agar hatimu menjadi lembut.”
Nasihat tersebut dijalankan oleh si wanita tadi, lalu hatinya menjadi lembut, kemudian ia pun datang sekali lagi kepada Aisyah untuk berterima kasih.


Mengingat Kematian

Ketahuilah, bahwa orang yang tenggelam dalam menyibuki keduniaan, menelungkup bergelut dengan tipu dayanya, dan cenderung memperturutkan nafsunya, pastilah hatinya lalai dari mengingat mati. Kematian tiadalah akan teringat olehnya, dan bila diingatkan ia akan kesal dan marah-marah. Orang-orang beginilah yang dituju dalam firman Allah swt.

Katakanlah: Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
 (QS. al-Jumu’ah: 8).
Selanjutnya, manusia itu terbagi menjadi tiga golongan. Yaitu: orang yang karam menekuni keduniaan, orang yang dalam taraf permulaan bertaubat, dan ahli ilmu ma’rifat yang telah sampai di ujung.
Orang yang karam dalam keduniaan tiadalah akan mengingat mati, dan kalaupun diingatnya yang terasa hanyalah kesedihan memisahi dunia dan kesal terhadap kematian. Mengingat mati dengan cara seperti ini hanyalah akan menambah jauh dari Allah swt.
Dan orang yang –ingin– bertaubat perlu sekali banyak mengingat mati, agar bangkit di hatinya rasa gentar dan takut, sehingga ia dapat melengkapkan taubat secara sempurna. Mungkin saja ia tiada menyenangi mati lantaran takut akan disambar Almaut (kematian) sebelum taubatnya sempurna dan perbekalannya lengkap. Alasan yang seperti ini untuk tiada menyenangi mati dapatlah dimaafkan, dan orangnya tiada termasuk mereka yang dituju oleh Rasulullah saw.:
“Barangsiapa yang tiada senang menemui Allah, maka Allah pun tidak senang pula menemuinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Orang yang seperti ini tiadalah menyesali mati dan menemui Allah. Dia hanya takut akan terluput dan gagal dari menemui Allah lantaran kekurangan dan kelalaian dirinya sendiri. Samalah halnya dengan seseorang yang terlambat datang menemui kekasihnya, lantaran masih sibuk melengkapkan segala yang perlu agar pertemuan itu menyenangkan bagi sang kekasih. Sikap seperti ini tiadalah dianggap enggan bertemu. Tandanya ialah bahwa ia selalu dalam melengkapkan persediaan, tanpa mengarahkan kesibukan kepada hal-hal lain. Dan kalau sikapnya tidak seperti itu, maka ia akan termasuk ke dalam golongan orang-orang yang karam menekuni keduniaan.
Adapun orang ahli ilmu ma’rifat, ia akan senantiasa mengingat mati, karena itu lah saat perjanjian yang telah ditentukan untuk dia bertemu dengan Kekasihnya. Orang bercinta tak akan pernah lupa saat perjanjian untuk bertemu dengan kekasihnya. Dan orang yang seperti ini biasanya menganggap lambat sekali datangnya kematian dan ingin agar kematian segera tiba, untuk membebaskan dirinya dari negeri orang-orang durhaka ini, dan ia dapat pindah tempat ke daerah disamping Rabbul ‘Alamin (Tuhan Semesta Alam).
Seperti yang diberitakan oleh Hudzaifah bahwa beliau itu dikala telah dekat ajalnya, beliau mengeluh, “Pecinta yang datang dalam suasana sangat miskin. Tiadalah beruntung orang yang menyesal kemudian. Wahai Tuhan, kiranya Engkau adalah Maha Tahu bahwa miskin lebih ku cintai daripada kaya, sakit lebih kusukai daripada sehat, dan kematian lebih kuinginkan daripada kehidupan. Mudahkanlah bagiku menghadapi kematian, sehingga daku segera dapat menemui Engkau.”
Jadi, orang bertaubat memang diterima alasannya untuk tidak menyenangi kematian, dan orang yang seperti itu juga bisa diterima alasannya untuk menyenangi kematian, dan mengharapkannya. Namun, yang lebih unggul lagi derajatnya daripada dua golongan ini, ialah orang yang menyerahkan sepenuhnya kepada Allah swt.. Ia tiada memajukan pilihan untuk dirinya, tentang mati atau hidup, tetapi yang paling disukainya ialah apa yang disukai oleh Yang Dipertuannya. Orang seperti ini telah meningkat oleh kesengatan cinta dan setia ke taraf menyerah dan ridla (rela/suka) sepenuhnya. Inilah taraf yang terakhir dan tertinggi.
Namun, bagaimanapun, mengingat mati, mengandung pahala dan kelebihan, karena bahkan orang yang karam menekuni keduniaan pun masih bisa memetik faedah dari mengingat mati, yaitu merenggangkannya dari keduniaan, karena ingat kepada mati mengganggu kenikmatan hidupnya dan mengeruhkan kesenangannya yang akhirnya akan mati juga. Dan setiap hal yang mengeruhkan (mengganggu) kesenangan nafsu keduniawian adalah termasuk pintu keselamatan.
Ada beberapa hadits yang Rasulullah saw. yang menjelaskan keutamaan mengingat-ingat prihal kematian. Diantaranya adalah:
Perbanyaklah mengingat-ingat sesuatu yang melenyapkan segala kenikmatan (kematian). (HR. Tirmidzi)
Maksudnya, ganggulah kesenangan-kesenanganmu dengan dengan mengingatnya, agar terhenti keasyikanmu kepada kesenangan-kesenangan itu, dan hatimu lalu berhadap kepada Allah swt.
Sebabnya semua keutamaan ini adalah karena mengingat mati membawa diri merenggang dari negeri fana (penuh tipu daya) dan menyebabkan kita menekuni persiapan untuk akhirat. Sedangkan melengahkan diri dari mengingat kematian menarik kita untuk semakin menekuni nafsu keduniawian.
Kematian sebagai penasihat pada diri sendiri. Karena Rasulullah saw. bersabda:
Cukuplah kematian itu sebagai penasihat. (HR. Thabrani dan Baihaqi)
Juga sabdanya,
Hadiah berharga untuk orang mukmin adalah kematian. (HR. Ibnu Abiddunya, Thabrani dan Hakim)
Karena memang dunia itu adalah penjara bagi orang mukmin, dimana dia senantiasa menderita dalam menghadapi diri, mengendalikan hawa nafsunya, dan menolak godaan iblis. Lalu kematian membebaskannya dari siksaan itu, dan pembebasan itu tentulah suatu hadiah berharga untuknya.
Rasulullah saw. bersabda:
Kematian itu adalah penghapus dosa untuk setiap orang muslim. (HR. Abu Na’im, Baihaqi, dan al Khathib)
Dan yang beliau maksudkan tentulah orang muslim sejati, yang beriman penuh, lagi pula kaum Muslimin selamat dari hantaman lidah dan tangannya, serta terbukti dalam dirinya akhlak orang-orang beriman, dan ia tiadalah dikotori dosa, kecuali dosa-dosa kecil yang jarang pula adanya. Maka kematian, akan mensucikannya dari semua ini, dan menghapus dosa-dosanya, setelahnya ia menghindari dosa-dosa besar, dan mendirikan segala amal yang wajib (shalat, puasa, dll)
Kemudian, tentang orang yang benar-benar cerdik, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah saw.
Secerdik-cerdik manusia adalah yang terbanyak ingatannya kepada kematian serta yang terbanyak persiapannya untuk menghadapi kematian itu. Mereka itulah orang-orang yang benar-benar cerdik dan mereka akan pergi ke alam baka dengan membawa kemuliaan dunia serta kemuliaan akhirat. (HR. Ibnu Majah dan Abiddunya)
Tentang dampak buruk karena panjang angan-angan dan mengikuti nafsu.
Rasulullah saw. bersabda:
Sesungguhnya hal-hal yang paling kutakutkan mengenai kamu semua ialah dua perkara, yakni mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan. Mengikuti hawa nafsu itu dapat menutup dari kebenaran dan panjang angan-angan bisa menyebabkan cinta sekali kepada keduniaan. (HR. Abiddunya)
Tepat sekali apa yang disabdakan oleh Rasulullah saw. tersebut. Karena yang menyebabkan panjangnya angan-angan yakni –merasa– tetap hidup selamanya yang merupakan kecintaan kepada duniawiah yang berlebih-lebihan, sangat gemar pada kenikmatannya, juga karena kebodohan semata-mata, sehingga takut sekali kedatangan mati secara tiba-tiba. Orang seperti ini tentunya tidak mengetahui bahwa kematian itu tidak pandang waktu, apakah datangnya itu disaat muda, tua ataupun tua bangka, apakah nanti musim kemarau, penghujan, musim bunga, semi dan lain sebagainya. Tidak peduli apakah malam ataukah siang. Seseorang tidak kuasa menolak kedatangannya, padahal ia juga melihat berkali-kali orang-orang yang mati di sisinya. Seseorang juga tidak tentu kapan akan dihantarkan Jenazahnya, padahal di saat itu ia masih seringkali menghantarkan jenazah.
Ada seorang ahli syair berkata:

Pernahkah?
Pernahkah orang itu selesai dari keinginannya?
Tak satupun keinginan yang terpenuhi,
Melainkan pasti akan pindah pada keinginan yang lain.
Cinta itu selalu perlu bukti.
Apakah Anda punya bukti bahwa Anda mencintai diri Anda?
Bertaubatlah dari segala dosa dan kesalahan, secepat mungkin, selama waktu masih ada. Karena itu adalah salah satu bukti bahwa Anda memang benar-benar mencintai diri Anda.
Mengapa?
Karena Rasulullah saw. bersabda:
Setelah kematian tidak ada permintaan maaf. Dan setelah kematian tidak ada tempat selain surga dan neraka. (al-hadits)

Powered By Blogger